Jumat, 30 November 2012
Selasa, 27 November 2012
s4 in love
entah kenapa gue llagi cinta banget nihh sama ARTHUR and S4 ,, omg .. ganteng yahh dyaa~~~ *,*
omo~~ ARHUR~~ kau membuatku terpikat :**
omo~~ ARHUR~~ kau membuatku terpikat :**
s4 driving me crazy indonesian version lyric
Wooo baby you make me, make me crazy
I want you to be right here by my side
Ku cari-cari tahu suara apakah itu sayang
Mengusik hatiku
Ternyata hanya detak jantungku yang berdentam keras
Say knock knock knock knock
I wanna be with you now, come on over
Meracuniku dengan semua cinta
Menyandera jiwa, melumat hatiku, kau buatku gila
Cause i’ll be waiting waiting for you
Girl you driving me crazy crazy crazy
Baby just let me, let me love you
Hanya buat untukmu, untukmu
I want you lady, i need you lady, i love you lady
Hanya kamu satu, cintaku padamu selalu
I want you lady, i need you lady
Karena cinta selalu untukmu
Seribu tahun saja tak cukup mencintaimu sayang
Cintaku tak salah
Katakanlah saja kamupun sama mencintaiku
And love love love love
Bagaimana oh bisa kaupun sayang
Meracuniku dengan semua cinta
Menyandera jiwa, melumat hatiku, kau buatku gila
Cause i’ll be waiting waiting for you
Girl you driving me crazy crazy crazy
Baby just let me, let me love you
Hanya buat untukmu, untukmu
I want you lady, i need you lady, i love you lady
Hanya kamu satu, cintaku padamu selalu
I want you lady, i need you lady
Karena cinta selalu untukmu
Meski ku harus memecahkan samudera
Cintaku takkan goyah
Cintaku tak goyah untuk selamanya
Cause i’ll be waiting waiting for you
Girl you driving me crazy crazy crazy
Baby just let me, let me love you
Hanya buat untukmu, untukmu
I want you lady, i need you lady, i love you lady
Hanya kamu satu, cintaku padamu selalu
I want you lady, i need you lady
Karena cinta selalu untukmu
Sabtu, 24 November 2012
my endless love *,*
gue mau share photo laki gua yang PALING KECHE SEANTERO JAGAD RAYA ini !!
ini photo diaa waktu pemotretan buat salah satu majalah , gue lupa namnya apa . hehe
cekidot~>
yang terakhir ini gayanya kaya mau dance kepret alias mr.simple yahh ?? liat dehh ..
omoo~~ LAKI GUA GANTENG BADAI CETAR MEMBAHANA dehh *,*
ini photo diaa waktu pemotretan buat salah satu majalah , gue lupa namnya apa . hehe
cekidot~>
yang terakhir ini gayanya kaya mau dance kepret alias mr.simple yahh ?? liat dehh ..
omoo~~ LAKI GUA GANTENG BADAI CETAR MEMBAHANA dehh *,*
Rabu, 21 November 2012
fanfiction of kim ki bum ^^
GOKUDOU
Sebuah kisah cinta yang menggetirkan…
Kepulan asap memenuhi ruangan remang itu. yeoja itu berdiri dengan tegapnya sambil menatap namja yang sedang merokok didepannya.
“Choose! What do you like?” Tanya namja itu tegas dengan bahasa inggris yang kental.
“Tell me, what should I do?” Yeoja itu balik bertanya. Ia meremas remas kedua tangannya gugup. Peluhnya menetes cukup banyak.
“I will tell you if you have selected. What boy do you want?” Namja itu terkekeh sebentar dan kembali mengisap cerutunya.
Yeoja itu memandang ragu sederetan foto yang ada didepannya. Pandangannya langsung tertumbuk pada salah satu foto. Ia memandangi foto itu lekat. “I want him.”
Namja yang ada didepannya tersenyum. “Finally..” Ia berdeham. Namja itu pun beranjak dari kursi hitamnya yang lumayan besar dan berjalan mendekati yeoja yang berdiri tegang didepannya. Ia pun mendekatkan bibirnya ke telinga yeoja itu dan segera membisikkan sesuatu. Suaranya berdesis.
Pupil yeoja itu membesar. “What do you talking about? Mu… must?” Ia bertanya dengan nada suara yang bergetar. Namja itu mengangguk pelan, “You must be strong, baby!” Kepulan asap keluar dari mulutnya, membuat yeoja itu sedikit terbatuk “Do it or dead!”
***
Kibum POV
TIINN TIIN…
“Aishh…” Desahku. Aku mengacak – ngacak rambutku kesal. Apa tidak ada jalan lain yang bisa dipadati macet selain jalan ini? waktuku lama – lama bisa terkikis. Honorku juga bisa dipotong. Aish… ini gila!
TOOKK… TOKK..
Aku menoleh. Seorang yeoja sedang mengetuk kaca jendelaku. Aku mendengus dan segera membuka kaca jendela mobilku. “Wae? Kau mau apa?”
Yeoja itu tersenyum. Lipgloss berwarna peach menghias bibirnya yang tipis. “Bolehkah aku menumpang? Dari tadi aku sudah menunggu bus tapi tidak kunjung lewat juga. Aku akan bayar kau berapa pun yang kau minta.”
“Mwo?” Reaksiku menunjukkan keterkejutan. Dia bilang apa? menumpang? “Kau kira aku ini siapa?”
“Memangnya kau siapa?” Ia balik bertanya dengan nada yang polos. Matanya yang bulat menatapku lekat.
Aku melongo saat mendengarkan pertanyaannya. Yeoja ini tidak tahu siapa aku? Dia tidak tahu siapa aku! Aish… apa aku ini belum cukup terkenal? Aku menghela napas pasrah dan menatap yeoja itu. “Masuklah.” Kataku akhirnya.
Ia tersenyum senang dan segera masuk kedalam mobilku. Yeoja itu menoleh untuk menatap wajahku yang penuh kerutan kekesalan serta kejengkelan. “Siapa namamu?”
“Kim Kibum imnida.” Jawabku cepat sembari masih menatap jalanan macet didepan.
“Jo neun Han Cyeonwi imnida. Bangapseumnida.” Ia merundukkan kepalanya sedikit, memberi salam padaku. Aku membalas anggukan lembut kepalanya sebagai rasa formalitas belaka. Ia tersenyum melihat balasan yang aku lakukan untuknya.
“Apa ada banyak orang yang mengenalmu sehingga kau harus memasang tampang terkejut begitu saat menyadari aku tidak mengetahuimu?” Tanyanya membuka obrolan padaku. Ia pun membetulkan posisi duduknya sambil mengutak atik ponselnya.
“Aku sudah membintangi banyak acara drama. Aku pikir anak muda sepertimu pasti tahu siapa aku. Iya kan?” Tanggapku. Aku sempat menoleh untuk melihat yeoja yang bernama Cyeonwi itu.
Senyum tipis tiba – tiba saja muncul dibibirku. Cyeonwi sedang sibuk dengan ponselnya sehingga aku dapat melihat wajahnya lebih lekat. Pipinya yang lumayan tembam serta merona itu terlihat sempurna. Bulu matanya lentik dan matanya juga bulat, tidak sipit. Rambutnya berwarna coklat tua dengan ikalan yang teratur dibawahnya.
Cyeonwi menoleh. “Ng? wae?” Tanyanya yang menyadari bahwa aku memperhatikannya. Aku pun segera menarik tatapanku itu.
“Gwaenchana. Kau terlihat tidak seperti orang Korea.” Ujarku asal. Aku meliriknya sedikit. Tampak senyum mengembang dibibirnya. Aish… yeoja ini murah senyum sekali!
“Aku orang Jepang.” Tuturnya membuka pembicaraan. Aku menoleh. “Ibuku orang Jepang asli dan ayahku campuran Jepang – Belanda. aku juga dilahirkan di Jepang. Aku tinggal di Korea karena ada suatu masalah yang menimpaku. Dan lambat laun akhirnya aku mengganti namaku dan berubah menjadi WN Korea resmi.”
“Oh, pantas saja kau berbeda seperti orang Korea biasanya.”
“Begitulah.” Ia menengadah menatap langit – langit mobil. Matanya menerawang. “Aku mencintai Negara ini sama seperti aku mencintai negaraku sendiri.”
Aku mengangguk tanda mengerti. “Ohh… begitu.” Tanggapku dengan suara monoton. Ia kembali membalasku dengan senyumannya itu.
Kami pun akhirnya dapat melalui macet. Mobilku bisa berjalan dengan lancarnya di jalanan Seoul. Dalam perjalanan, kami tenggelam dalam diam. Entah kenapa tiba – tiba rasa canggung mengerubungi kami. Sesekali aku melirik Cyeonwi dan melihat sejenak apa yang sedang ia lakukan. Dan aku hanya menyimpulkan bahwa Cyeonwi hanya melakukan satu pekerjaan yaitu terdiam sambil menatap jalanan didepannya dengan sorot mata kosong.
“Aku berhenti disini.” Timpalnya tiba – tiba sambil menyentuh pundakku perlahan. aku segera memberhentikan mobil ditempat yang ia minta.
Mataku menatap gedung mewah delapan lantai yang ada kini. Didepannya terdapat plang besar yang bertuliskan ‘Perusahaan Percetakan Sunghyan’ dengan ukiran huruf besar berwarna emas cerah.
“Kau bekerja disini?” Tanyaku. Pertanyaanku pun dibalas dengan anggukan mantap darinya. Ia kembali melemparkan senyumnya padaku lalu dengan perlahan, ia buka satbelt yang terpasang ditubuhnya. Tangannya menyentuh pintu mobil.
“Gomawo. Kau orang yang baik, Kibum-ssi.” Ia pun menatapku seketika dan langsung membuka pintu mobilku. Tubuhnya yang ramping segera keluar dan berjalan masuk kedalam kantornya dengan langkah anggun.
Aku menatap punggung yang menjauh itu. senyum terukir di bibirku. Segera ku injak pedal gas mobilku dan kukendarai mobilku dengan kecepatan sedang. Biar besok aku temui lagi yeoja itu dan nikmati pesonanya lagi.
***
Tengah malam. Dengan wajah kusut, aku berjalan gontai menuju tempat parkiran mobil. Syuting hari ini cukup sekian dan kupikir ini juga sudah sangat melelahkan. dalam hati aku mengutuk Manager yang tak bertanggung jawab itu. seharusnya dia ada disini untuk menyetirkan mobil dan menenangkanku.
“Ng?” Benakku mengatakan bahwa ‘ada yang mengikutiku’. Aku menoleh untuk melihat ada siapa. tapi yang aku dapatkan hanya cahaya lampu jalan remang dan keadaan sepi senyap tanpa orang. Aku segera menepis pikiran bodoh itu dan kembali berjalan menuju parkiran mobil. Tempat parkiran mobil memang cukup jauh dari tempat syuting.
“Ppali! Serahkan semua harta yang kau punya!”
Rasa kantukku tiba – tiba saja menguap saat mendengar pekikan menyeramkan tiba – tiba seorang namja. Aku menyapu pandangku dan mendapati empat orang namja menghadangku dari samping, belakang dan depanku.
“Sial!” Umpatku. Namja berbadan besar didepanku menodongkan pisau sementara dua orang namja yang disampingku menodongkan pecahan botol bir kearahku. Aku bergidik ngeri melihat pemandangan menyeramkan itu.
“Serahkan hartamu sekarang juga!” Pekiknya. Bau alcohol tercium dari mulutnya. Namja ini sepertinya mabuk. Matanya menatapku tajam. Aish… wajahnya sangar sekali!
“Tapi, aku…”
PRANGG…
Aku menoleh dan mendapati namja kurus tinggi dibelakangku itu jatuh terhuyung kebelakang. Kepalanya bersimbah darah segar. Pecahan kaca kecil berserakan disekitar kepalanya.
“Owh…” Desah seseorang. Aku mendongak dan mendapati Cyeonwi dengan pakaian kantornya berdiri tegap dibelakangku. Wajahnya terlihat mengejek dan tatapannya terkesan seperti tatapan remeh. “Mianhae namja preman, aku memukul temanmu yang kurus ini. tadi aku menemukan sebuah botol bir dan berniat mengembalikannya, tapi tanganku sayangnya tanpa sengaja memukul temanmu ini sampai pingsan.”
Namja yang ada didepanku, yang paling besar tentunya mendengus marah. Mereka pun mendekati Cyeonwi. Aku sudah memberi sandi pada Cyeonwi untuk pergi tapi dia tak menghiraukannya.
“Jadi kau menantang kami yaa?”
“Oh, baguslah jika kalian sadar.”
Aku bergidik. Jadi Cyeonwi menantang mereka bertengkar. Aish… apa dia gila? Dia seorang yeoja! Aku saja yang seorang namja sudah ketakutan setengah mati menghadapi mereka.
Salah satu namja yang memegang pecahan kaca botol maju dan menyerang Cyeonwi. dengan satu kali tendangan, pecahan kaca itu berhasil terjatuh dari genggaman tangannya. aku memilih untuk duduk menutup mata dan tidak melihat sama sekali apa yang dilakukan yeoja pemberani itu.
BRAKK.. BUK.. BRAKK… DUAKK… PRANGG..
Sunyi menjelang setelah bunyi pukulan – pukulan itu usai. Telingaku hanya dapat menangkap suara desahan napas teratur. Aku membuka mataku dengan takut – takut.
“Tidak perlu begitu, mereka sudah kutangani.”
Dan dengan leluasa mataku pun menyapu pandangan yang ada disekitar. Cyeonwi sedang berdiri tegap dengan peluh yang membasahi tubuhnya didepanku. disampingnya terdapat banyak namja yang terpuruk tak sadarkan diri.
“Wuahh…” Decakku terkagum – kagum. “Itu apa? karate? Taekwondo? Atau pencak silat?”
Cyeonwi terkekeh, “Aku belajar bela diri Cina.”
“Oh, maksudmu Kungfu?”
“Semacam itu tapi bukan Kungfu.” Jawabnya. Dia pun berjalan mendekat kearahku. Cyeonwi menatapku lembut, tangannya pun terulur didepan wajahku. “Kkaja! sudah tengah malam.”
Aku menghela napas panjang dan segera menyapa ulurannya itu. tanganku menggenggam tangan Cyeonwi erat dan segera aku beranjak berdiri. “Apa yang harus kubayar untuk membalas jasamu?”
Ia menatapku ragu untuk beberapa saat. Akhirnya ia pun tersenyum. “Antarkan aku sampai rumahku dan kuanggap itu impas.”
Aku terkekeh. “Baiklah.” Dan segera aku menggandeng tangannya menuju mobil.
Kami berbincang ria selama diperjalanan. Cyeonwi selalu menatapku lembut dan melemparkan senyum termanisnya untukku. Sesaat aku seperti merasa ada yang aneh pada jantungku. Pikiranku juga serasa kacau ketika melihat wajah hangatnya itu. teduh, damai dan tenang, itulah hal yang kurasa jika bersama dengannya.
Cyeonwi menceritakan semuanya tentang dirinya. Dia bilang dia tinggal sendirian di Korea dan orang tuanya sudah meninggal. Hatiku sempat miris mendengar cerita kehidupan rumit dirinya. Cyeonwi seorang yeoja yang tegar. Sungguh aku salut dengannya, dia benar – benar yeoja yang menarik.
“Rumahku disini.” Katanya. aku pun memberhentikan mobilku. Cyeonwi tersenyum sesaat. Ia segera membuka saltbelt dan bersiap untuk turun, tapi aku menahannya dengan cara menggenggam tangannya cepat.
“Aku ingin mengajakmu makan malam.” Kataku dengan nada suara yang bimbang. Jantungku benar – benar sedang tidak stabil saat ini.
Cyeonwi menatapku bingung, “Makan malam? Dimana?”
“Di Restoran Kakizawa. Dandan yang cantik dan aku akan menjemputmu besok malam disini. Tepat jam 7 malam.”
Cyeonwi mengerjapkan matanya bingung. “Dandan?”
Aish… aku serasa salah tingkah. Perlahan genggaman tanganku mengendur dan cepat cepat kutarik tanganku. “Aku tahu ini tidak sopan, padahal kita baru saja bertemu. Tapi, kau mau kan berdandan untukku? Satu kali saja.”
Cyeonwi mengerutkan keningnya. Akhirnya dia pun mengangguk, “Baiklah.” Katanya. ia pun merundukkan kepalanya lalu segera keluar mobilku. Aku membalas anggukan kepalanya sebagai rasa formalitas.
***
Sesuai janji yang kuajukan padanya kemarin, hari ini aku pergi untuk makan malam bersamanya. Mobilku kuparkirkan didepan gang kecil dekat rumah Cyeonwi. Beberapa kali aku menghela napas untuk menenangkan diri. Semalaman aku tidak bisa tidur karena terus terusan memikirkan moment yang bagiku penting ini.
Cyeonwi membungkuk sedikit dan melemparkan senyumnya padaku. Aku balas tersenyum. Segera aku buka pintu untuknya. Dia pun segera masuk dan duduk disampingku.
“Omong – omong, kenapa kau mengajakku makan malam?”
“Ah… anggap saja ini kencan yang tidak disengaja.”
Dia terlihat terkejut dan merunduk malu. “Aku tidak pernah berpikir begitu.”
“Kau yeoja yang menarik.” Ucapku tiba – tiba. Aku bahkan tak tahu itu sebuah pujian atau rayuan. Pipinya merona merah. Apa dia malu kuperlakukan seperti itu?
Kami terdiam sesaat untuk melepas rasa canggung. Sesaat aku berpikir Cyeonwi memiliki kepribadian ganda. Dia terkadang terlihat feminim dan lembut terkadang juga terlihat tomboy juga kasar.
Mobil pun segera ku kendarai menuju restoran Kakizawa. Tempat itu adalah satu – satunya restaurant yang terpikirkan olehku. Mengingat dia adalah orang Jepang, kupikir mungkin restoran itu adalah satu – satunya tempat yang cocok.
“Sudah sampai.” Kataku. Aku pun segera keluar dari mobil dan membuka pintu mobil untuknya. Dia tersenyum lalu beranjak perlahan dengan gerakan anggun. Mataku terpana dibuatnya. Tubuh ramping Cyeonwi dibalut oleh gaun berwarna putih yang sedikit terbuka. Terkesan seksi memang tapi cukup membuatku terpesona.
“Apa ada yang salah denganku?” Tanyanya sambil membetulkan sejumput rambut yang jatuh diatas pundaknya. aku tersenyum. Pikiranku kacau seketika setelah terbebas dari detik detik yang kurasa seperti keabadian saat melihatnya.
“Tidak, kau sungguh mempesona.” Aku pikir jika terus memujinya mungkin akan menimbulkan paham kurang ajar baginya. Tapi ternyata pikiranku salah, ia malah tersenyum sambil meremas tangannya yang sedikit berkeringat.
“Gomawo.”
Kepalaku kuanggukan sedikit. Lengan kananku pun kuayunkan didepannya. Dengan sedikit rasa canggung dia pun segera menggapit lenganku. Kami berjalan masuk ke restoran layaknya sepasang kekasih. Aku sudah menyiapkan meja serta hidangan special untuknya.
“Silahkan duduk.” Ujarku seraya menarik kursi yang ada didepan meja. Cyeonwi tersenyum lalu segera duduk.
Kami pun duduk berhadapan dengan sebuah lilin aromaterapi diporos meja. Aroma mawar menggelitik hidungku. Kami segera memesan makanan khas Jepang pada pelayan.
“Kau menyukai sashimi?” Tanyanya padaku.
“Tidak begitu.”
“Oh… kukira kau menyukainya.” Tanggapnya.
Kami pun kembali terdiam. “Ng, aku ingin ke toilet sebentar.” Ujarku memecah keheningan. Ia mengangguk. Aku segera beranjak berdiri dan segera pergi ke toilet.
“Ahh… nyamannya!” Gumamku dan segera keluar dari toilet. Kutarik senyumanku saat melihat seorang yeoja yang masih setia menunggu duduk di kursi dekat jendela restoran. Ide jahil pun terlintas di otakku. Aku berjalan mengendap di belakangnya.
“Ng?” Gumamku pada diri sendiri. Pandanganku seketika tertumbuk pada tengkuk Cyeonwi. Bagian seperempat punggungnya terlihat cukup jelas karena model gaunnya yang terbuka dibagian belakang.
Sebuah tato bergambar naga dengan kolaborasi berwarna merah dan hijau menghias tengkuknya. Tato itu agak samar terlihat karena tertutup oleh rambutnya yang tipis. Disamping tato naga itu ada huruf hiragana. Mataku kusipitkan… bacaannya Go, Ku, lalu huruf apa yang ada dibawah Ku itu?
“Kibum-ssi?” Ia menoleh dan bertanya heran padaku. Aku segera memasang tampang yang mengatakan ‘bahwa-aku-tidak-ngapa-ngapain’.
“Eh, mianhae.” Kataku lalu berlari kecil dan duduk ditempatku. Ia tersenyum padaku. Tapi sekarang aku merasakan hal berbeda pada aura senyumnya. Bukan lembut atau manis lagi tapi lebih menjorok kearah senyum yang terpaksa.
Makanan pun segera datang dan kami makan perlahan dalam diam. Bukan ini saat yang aku harapkan. Ku pikir aku bisa mencairkan suasana lebih dengan cara mengagetkan dan menjahilinya. Sayangnya tato itu berhasil mengalihkan pikiranku.
“Habis ini aku mau mengajak jalan jalan ke Insandong, maukah?” Tanyaku sambil mencelupkan sashimi kedalam mangkuk soya.
“Mau apa kesana?”
“Membelikanmu sebuah gaun mungkin atau sepasang sepatu.”
“Ah, itu tidak perlu, sangat merepotkan.”
“Gwaenchana, toh aku juga senang jika bisa membelikan barang untukmu.”
Cyeonwi mendongak dan menatapku ragu. Aku tersenyum untuk meyakinkannya. Dia membalas senyumanku dan segera mengangguk pelan. “Ne.”
***
@ INSANDONG
“Apa tas ini bagus?” Tanyaku seraya menunjukkan sebuah tas merah. Ia melihat tas itu dengan seksama.
“Bagus sekali!” Serunya dengan mata yang berbinar – binar.
“Jika kau menyukainya aku akan membelikannya.”
Pandangan yang semula berbinar itu pun beralih menjadi pandangan ragu. Tapi, matanya jelas menunjukkan bahwa dia sangat menginginkan tas itu. “Harganya 834.000 won, sangat mahal.”
“Gwaenchana, aku membawa uang lebih hari ini.”
“Tapi, apa tidak merepotkan?”
“Sama sekali tidak.”
Dia terdiam sesaat. “Gomawo.” Katanya. aku pun menarik tangannya lalu segera membayar tas itu di kasir.
“Kita mau beli yang lain lagi?”
“Ah… tidak bagiku ini sudah lebih dari cukup.”
“Tida usah malu – malu begitu. Aku tidak akan miskin hanya karena membelikanmu barang – barang mahal. Jarang – jarang aku bisa memanjakan seorang yeoja.”
“Gomawo. Tapi ini sudah malam, aku sudah lelah.”
“Kalau begitu aku antarkan kau ke rumahmu.”
Kami pun keluar dari toko itu. angin berdesir menerpa wajahku. Sejuk dan dingin. Cyeonwi menggapit lenganku lalu berjalan anggun disampingku. Rambutnya menggelitik leherku. Bau shampoo dapat kucium dengan jelas. Harum, sungguh aku menyukai wanginya.
Aku melirik kearah Cyeonwi. Tangannya tampak mendekapi dadanya. Bibirnya bergetar walau aku tahu dia berusaha menyembunyikannya dariku. Langkahku pun terhenti.
“Wae?”
Dengan sedikit mengerlingkan mata, aku pun membuka jas yang kukenakan lalu memakaikannya pada Cyeonwi. Dia menaikkan alisnya kebingungan.
“Untuk apa ini?”
“Aku yakin kau kedinginan.”
Dia merunduk. Tersipu, itulah kata yang terlintas pertama saat melihat mimic wajahnya. “Gomawo. Kau baik sekali, aku sangat berterimakasih padamu.”
“Kau juga.” Aku mengulum senyumku. “Jika tidak ada kau mungkin aku sudah… tamat.”
Cyeonwi merunduk, “Aku bukan sesuatu yang seperti bayangmu. Aku berbeda.” Suaranya sedikit bergetar, tapi aku bisa menyimpulkan bahwa dia kedinginan.
“Kita pulang. Kkaja!” Ujarku lembut. Aku pun menarik tanganku dan merangkul tubuhnya yang ramping itu. kami berdua segera berjalan menuju mobil.
Aku menghempaskan tubuhku nyaman di kursi mobil. Sudah lewat tengah malam. Senyum kusunggingkan begitu melihat yeoja cantik bergaun sedang tertidur disampingku. Hah, malam ini terasa begitu singkat bagiku. Ingin rasanya aku mengulang malam ini lagi bersamanya.
“Cyeonwi.” Aku mengguncang – guncang tubuhnya pelan. Dia pun akhirnya terbangun.
“Eh, apa sudah sampai?” Cyeonwi mengerjapkan matanya. Lingkaran hitam terlihat dari kantung matanya, sepertinya ia kurang tidur.
Aku tersenyum lalu membuka pintu mobil dan keluar. Diluar, aku segera membuka pintu untuk Cyeonwi. Ia menatapku dan balas tersenyum.
“Gomawo atas hari ini.”
“Cheonma. Aku antarkan kau sampai depan rumahmu, eottokhe?”
Cyeonwi mengangguk pelan. Tanganku pun menggenggam tangannya dan perlahan ia menarik aku masuk kedalam gang kecil itu. kumuh dan kotor itulah yang aku pikirkan pertama kali. Aku bahkan sama sekali tak percaya kalau Cyeonwi tinggal disitu.
“Rumahku disini.” Ia pun berhenti didepan sebuah pintu berwarna coklat. Cahaya lampu remang menerangi jalan sempit di gang kecil itu. Cyeonwi tersenyum menatap wajahku. Dia segera melepaskan jas yang menutupi punggungnya lalu memberikannya padaku. “Jangan heran begitu. Ini hanya rumahku sementara. Aku sudah punya tempat tinggal yang lebih baik dari ini.”
“Oh, baguslah.”
“Dan ini jasnya. Gomawo.”
“Kau sudah mengucap gomawo lebih dari seribu kali.”
“Owh..” Dia memalingkan tatapannya. “Aku sangat berterimakasih padamu. Aku juga bingung harus berkata apa selain ‘gomawo’. Emm, maukah tengah malam esok datang kesini?” Tanyanya seraya menyodorkan sebuah kartu beserta jas hitam milikku.
Mata kami pun saling bertemu. Tanganku dengan refleksnya mengambil jas hitam dan kartu yang ada ditanganya. Desahan napasnya terdengar hingga ke gendang telingaku. Aku menatapnya hangat dan penuh kasih sayang sementara ia menatapku dengan sorot mata tajam dengan sedikit… kesedihan? Benakku kini bertanya tanya, mengapa Cyeonwi harus menuangkan kesedihan pada tatapannya itu?
CHUU~
Kecupan hangat aku berikan di bibirnya. Hanya sebentar, hanya satu detik, tapi rasanya abadi. Cyeonwi menyentuh bibir tipisnya itu dan menatapku bimbang. Aku tersenyum sambil mengerlingkan mataku dan berlari meninggalkannya. Jantungku berdegup kencang, sampai – sampai telingaku hanya dapat menangkap suara degupan itu. rasa senang juga bergelora memenuhi ruangan hati ini. kini aku menyadari sesuatu.
Aku mencintainya.
***
24 jam setelah kejadian itu. tanganku memegangi dada kiriku. Masih terasa saat saat yang bagiku sangat menggembirakan itu.
Angin berdesir. Omong – omong mau apa dia mengajakku bertemu diatas atap gedung apartement? Tengah malam lagi! Mungkinkah dia mau menunjukkan tempat tinggalnya yang baru? Ah, semoga saja.
“Hmm… hmm.. hemm.” Aku bersenandung ria sembari menyenderkan punggungku pada tembok beton beranda atap. Langit tidak menunjukkan bintang – bintang cemerlangnya itu. sayang sekali, mungkin perasaan bumi sedang mendung, tidak seperti perasaanku yang cerah penuh bunga.
Malam ini bisa saja aku menyatakan pada Cyeonwi betapa aku sangat menyayangi dan mencintainya. Aku harap dia juga begitu. Tidak peduli seperti apa suramnya masa lalu yang ia lewati, dia tetap aku cintai.
“Kibum-ssi!”
Aku menoleh. Sosok hitam pekat itu menatapku tegar. Bibirnya yang tipis kini dipolesi oleh lipstick merah tebal. Rambutnya dikuncir kuda. Ia berjalan mendekatiku. Disetiap langkahnya seperti ada keraguan yang mendera.
“Kenapa kau berdandan seperti itu?”
Cyeonwi hanya terdiam sembari menatapku tajam. Pandangannya sulit kuartikan sementara wajahnya yang feminim kini terlihat lebih sangar. Tangan kanannya yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya pun tergerak. “Ini wujudku yang sebenarnya.”
Aku terenyuk saat melihat benda yang ia genggam itu. Cyeonwi menodongkan pistolnya tepat kearah wajahku. Aku memandangnya pasrah. Otakku jadi kacau dibuatnya. Ani… ani… ini bukan Cyeonwi!
“Wujud apa? dan untuk apa kau memegang pistol ini? jangan main – main, Cyeonwi-ya!”
“Aku tidak main – main!” Serunya cepat setelah aku menyelesaikan kalimatku. “Kau bisa baca huruf hiragana?”
Pertanyaan itu berhasil membuat memori otakku berputar seketika. Hiragana? Aku pernah memerankan sebuah tokoh yang bisa berbahasa jepang. Karenanya aku bisa membaca huruf hiragana walau sedikit. Tato naga yang menempel di tengkuk Cyeonwi, terdapat tulisan hiragana vertical disana.
“Tatoku, apa yang kau baca disana?”
Sesaat dunia seperti berputar. Aku kembali mengingat apa yang aku lihat saat di restoran itu kemarin malam.
“Goku…”
“Gokudou.” Sambung Cyeonwi cepat. “Gokudou atau Yakuza, organisasi mafia yang ada di Jepang. Aku salah satu anggotanya.”
Aku tersentak seketika. Lemas dan sesak bernapas saat mengetahui bahwa Cyeonwi adalah bagian dari organisasi Yakuza. Dia berbohong kan? Itu mana mungkin!
“Kau bercanda?” Aku terkekeh tak percaya. “Mana mungkin kau anggota Yakuza! Mereka menghias tubuh mereka dengan tato. Lagipula, Yakuza itu kan berdagang barang haram, panchiko, menjual pelacur, bukan membunuh orang. Iya kan?”
“Benar.” Jawabnya. “Aku orang baru di Yakuza, jadi wajar jika tubuhku belum sepenuhnya tertutup oleh tato. Semua yang aku ceritakan padamu bohong. Aku bukan warga Negara Korea resmi, aku juga tidak bekerja di kantor percetakan itu, dan nama Han Cyeonwi itu adalah nama samaranku.” Ia berhenti sebentar. “Aku… aku disuruh bosku untuk membunuhmu.”
Rasa sakit langsung menikam tepat dibagian tengah jantungku. Membunuhku? Yeoja yang kucintai malah membunuhku?
“Kenapa harus membunuhku?”
“Tanyakan saja alasannya pada bosku!” Katanya getir. “Aku hanya orang suruhan yang tidak tahu apa – apa.” Ia pun terdiam.
“Hah…” Desahku tak percaya. Pistol itu masih setia berada didepan wajahku dengan jari mungil Cyeonwi yang ada didekat pelatuknya. “Aku menciummu malam itu, tidakkah kau merasakannya?”
Kini wajah Cyeonwi yang terlihat dingin serta sangar meleleh seketika. Matanya memandangku dengan tatapan kosong menerawang. “Aku merasakan ciuman sesaat itu.” Desisnya. Cyeonwi pun melemparkan senyum sinis kearahku. “Tapi sayangnya aku menganggap ciuman itu hanya rayuan angin lalu belaka. Sama sekali tidak penting.”
Berhasil… ia berhasil menyiksaku perlahan – lahan dengan kata – kata yang begitu mulusnya teratur keluar dari mulutnya. Inikah yang dia inginkan selama ini? sosok Cyeonwi yang manis dan lembut kini berubah jadi Cyeonwi yang dingin dan… jahat.
“Begitukah?” Nada suaraku bergetar. “Aku mencintaimu.”
Pupil matanya melebar saat mendengar perkataanku. Tangannya yang kukuh memegang pistol kini bergetar. Matanya mulai berkaca – kaca.
“Aku mencintaimu.” Kembali kuulang perkataanku dengan nada bicara yang hangat serta lembut.
Setetes air mata mengalir dari pelupuk matanya. Ia menghapus air mata itu cepat dan berusaha menutupinya dariku. Wajahnya yang terlihat kejam, sangar, dingin, jahat dan sebagainya berangsur – angsur berubah menjadi wajah yang bimbang dengan kesedihan disorot matanya.
“Aku mencintaimu.”
“Hentikan!”
DORR…
Letusan itu memekikkan telingaku.
***
“Cyeonwi-ya?” Aku membuka mataku dan memandangi yeoja itu menangis tersedu sedu sambil duduk bersimpuh. Pistolnya tergolek lemah disampingnya. aku menyentuh pundaknya. ia menoleh.
“Kibum-ssi!” Dan ia pun beranjak lalu memelukku. Aku tersenyum.
“Kenapa tidak kau lakukan?”
“Karena aku… aku juga mencintaimu.” Jawabnya dengan suara parau.
Aku pun menarik tubuhku dari pelukan itu. jari jariku menyentuh pipinya dan mengusap air mata itu halus. Isakan tangisnya terdengar perih bagiku.
“Apa yang akan mereka lakukan terhadapmu jika mereka tahu kau tidak membunuhku?” Tanyaku.
Cyeonwi memegangi tanganku lalu mendorong tanganku perlahan. ia membungkuk dan segera mengambil pistolnya lalu dengan tangan bergetar ia menyodorkan pistolnya padaku. “Bunuh aku.”
Aku tersentak mendengar kalimatnya itu. “Mwo? Shireo! aku tidak bisa.”
“Percuma saja.” Ia menahan perkataannya itu. sejenak ia menghela napas panjang, berusaha untuk menenangkan dirinya. “Aku akan dibunuh oleh mereka jika mereka tahu aku gagal membunuhmu. Lebih baik, aku dibunuh olehmu daripada dibunuh oleh mereka.”
Aku mengambil pistol itu ragu. Cyeonwi pun berjalan mundur tiga langkah dariku. Matanya ia pejamkan. Keputusannya sudah bulat tak mungkin dapat diubah lagi. Dalam hati aku bahkan sangat berat untuk melakukan ini. dia yeoja yang kucintai. Tiap detik bersamanya, tiap pesona yang ia berikan, tiap wangi dirinya, tidak akan pernah kulupakan.
“Hahh…” Decakku lalu melempar pistol itu keluar atap gedung apartement. Cyeonwi membuka matanya kaget lalu berlari ke ujung atap.
“Kenapa kau buang?!”
“Karena aku tidak mau membunuhmu!” Seruku. Cyeonwi menatapku pasrah. Bulir air mata kembali menitik.
Aku pun melangkahkan kakiku naik ke pegangan beton ujung atap. Jantungku berdetak hebat saat melihat jalan raya yang berada empat ratus meter dibawahku. Darahku mengalir deras dan sesak menghantam dadaku.
“Kau mau apa?! cepat turun!”
Kuulurkan tanganku kearahnya menanggapi pertanyaannya itu. dia menatap tanganku bingung. “Ikut aku.” Kataku.
“Tapi… tapi..”
“Aku tidak bisa membiarkan itu semua terjadi!” Potongku. “Lebih baik kita mati bersama, daripada aku melihatmu dibunuh mereka karena gagal. lebih baik kita mati bersama, daripada aku harus meninggalkanmu dengan batin tersiksa di dunia.”
Cyeonwi menatap tanganku, berusaha berpikir jawaban terbaik yang akan ia tarik. Senyum pun tergurat dibibirnya. “Kau benar.” Dan dengan mantapnya, Cyeonwi menerima tanganku lalu berdiri diatas tembok beton itu.
Aku menggenggam tangan Cyeonwi erat – erat. Bahkan sampai mati pun aku tidak rela melepaskannya. Garis merah mulai terlihat dari ufuk timur, menandakan fajar akan segera menyingsing. Mungkin inilah, takdir diantara kita. Kematian sama sekali tidak bisa menundukkan aku, karena aku tidak takut.
“Pejamkan mataku.”
Dan dengan sekali loncatan, tubuh kami pun terjatuh dari ketinggian itu.
Kibum POV END
***
TIKK… TIKK…
Tetesan air yang berbunyi pelan serta teratur itu sangat menyejukkan hati. Disebuah ruang tak bersekat, yang berwarna putih suci, dua pasang kekasih duduk sambil menyaksikan danau indah berair bening yang ada didepan mereka. Tangan keduanya masih tergenggam erat, seperti tidak ingin dilepaskan.
Dan ini yang aku minta…
“Seperti romeo dan Juliet.”
Kau benar, mati bersamamu itu lebih baik…
“Ne, cukup mirip.”
Namja itu pun merangkul yeoja itu dengan tangannya yang putih pucat. Sinar terang jelas menunjukkan betapa pucatnya wajah mereka, tapi betapa bahagianya mata mereka.
Datang ke surga bersama mungkin adalah kebahagiaan yang dapat kuraih untukmu…
“Saranghae.”
Gomawo atas segalanya, kau yang terbaik, Kibum-ssi…
“Nado, oppa.”
Yeoja itu pun menaruh kepalanya diatas pundak namja itu. sang namja tersenyum lalu mengeratkan rangkulannya. Yeoja itu memejamkan matanya seraya tersenyum lembut dalam diam.
ceritanya so sweet banget tapi ini bukan gue yang bikin , gue cuman dikirimin , entah siapa yang buat , GUE TERIMAKASIH BANGET !! ^V^
Minggu, 18 November 2012
Saturday Night Live part. I
gue cuman mau nge-share aja nihh SNL SUPER JUNIOR , gue ga bosenbosen ngeliatnya . SUMPAH NGAKAK BANGET !!
semoga terhibur~~
semoga terhibur~~
bukan Vhia yang dulu
A
|
lhamdulillah, aku bisa
menangin lomba ini. Terima kasih ya Allah ", ucap Alfiyah
dalam hati sambil memandangi trophy pertamanya.
“kamu
seneng, vhie?” Tanya bu Siti.
Yang
ditanya hanya tersenyum.
“syukurlah…”
menghela nafas, “tingkatkan yah, vhia”
Lalu
Vhia pun menggapai tangan gurunya tersebut dan menciumnya.
“kamu
mau pulang?”
“iyah,
bu..” suaranya terdengar lembut dan lekas pergi bersama ibundanya.
-=o0o=-
Di
kamar, ia selalu mengelap dan memandangi trophy pertamanya itu. Ia amat senang
mendapatkannya, Juara 1 lomba menulis kaligrafi Sekolah Luar Biasa “Bintang
Harapan” .
Ini
adalah hobby barunya setelah ia benar-benar tidak bisa berjalan adan melihat
serta pindah sekolah, akibat…
Flashback
Vhia
dan Dimas –kekasihnya- sedang menyelusuri idahnya kota Bandung dengan satria
birunya Dimas . Dua sejoli ini memang telah saling mencintai dari kelas 3 smp
sampai 1 sma sekarang ini. Namun, kisah cinta mereka terhalang oleh restu
ibunda Vhia.
Pasangan
muda ini saling memadu kasih, Vhia memeluknya sambil bercerita tentang banyak
hal. Dan sesekali Dimas menoleh dan mencium pipi Vhia.
Gaya
pacaran mereka memang sudah tak wajar. Mereka ercinta layaknya sudah tak ada
lagi hijab antara mereka.
Saat
mereka sedang asyik bercinta, tiba-tiba…
BRUKK!!!
Sebuah
truk berkecepatan tinggi menabrak mereka dan mereka berdua pun terpental.
-=o0o=-
3
bulan kemudian, Vhia pun tersadar dari komanya. Dan saat itu pula ia harus
mengalami cacat berupa tidak mampu melihat dan berjalan akibat kecelakaan itu.
“bun,
aku gak bisa liaat” air mata mulai membasahi pipi Vhia. Ia sungguh tak bisa
menerima kenyataan pahit ini.
“sabar,
sayang..” ibunda menenangkan, “semua ada hikmahnya..” ia pun memeluk anaknya.
Tok..tok..tok..
“iya,
masuk aja!”
Sosok
Dimas pun terlihat dari balik pintu, “tante…”
“buat
apa kamu dateng kesini?” Ibunda geram melihat anak itu.
“bun,
itu Dimas kan?” ia mencoba meraih tangan Dimas, “Dimas, aku cacat..” ia
menangis lagi, kali ini tak tertahankan dan Dimas pun memeluknya.
“tante,
aku mau ngomong berdua aja sama Vhia..”
Ibunda
pun langsung beranjak keluar, “jangan buat Vhia nangis!”
“sayang…”
“kenapa?”
“aku
cinta sama kamu, tapi bunda kamu gak pernah setuju..” menghela nafas, “aku
minta kita udahan dulu, yah” yang diajak bicara mulai memasang wajah perih,
“tapi, aku janji kok bakal tanggung jawab sama apa yang udah aku lakuin ke kamu
dan bakal bikin bunda kamu bisa terima aku…”
“janji?”
“iya,
sayang..” Ia memeluk Vhia.
-=o0o=-
Vhia
menanti, terus menanti. Namun, yang ditunggu tak kunjung dating hingga 2 tahun
setelah ikrar janjinya itu.
“Vhie,
ada lomba kaligrafi tuh di majalah Aisyah! Kamu mau ikutan, nggak?” Tanya ayah.
“mau,
yah! Formatnya apa?”
“nggak
dicantumin, sih.. mungkin bebas…” masih membuka lembaran majalah, “yaudah, ayah
ambilin alat-alatnya dulu, deh..”
Dengan
segera ayah mengmbil alat dan bahannya, dan tak lama ia pun datang, “ini, kamu
mau nulis apa, sayang?”
“belom
tau, yah.. yang pasti aku ngikutin kata hati dan gerakan tangan aku ajah,
hhehe..”
“oke,
dehh.. ayah ke bunda kamu dulu, yah..”
“iya,
yah…”
Ia
mulai menorehkan tinta spidolnya keatas kertas HVS.
-=o0o=-
Hari
ini adalah hari pengumuman lomba kaligrafi majalah Aisyah. Vhia duduk menanti
ayahnya pulang kerja.
“bun,
kalo aku kalah gimana?”
“yah
nggak apa-apalah.. yang penting kamu udah mencoba..”
“hufth,
Vhia deg-degan, bun..”
Tak
lama yang ditunggu pun datang, “sayang, nih udah ayah bawain majalahnya..”
Dengan
segera bunda meraihnya, “kamu menang, sayang!”
“yang
bener, bun?”
“iya?
Mana coba ayah liat!” tanpa basa-basi ayah merebut majalah tersebut dari tangan
bunda, “bener, Vhie.. kamu menang!”
“Alhamdulillah..
aku seneng banget, bun.. yah..” senyum manis terpancar dari wajah Vhia.
“yaudah,
ayah mau coba telpon nomer ini dulu deh..”
-=o0o=-
Keesokan
harinya, seorang pecinta kaligrafi sombong bernama Drs, Dedi Haryanto, SE pun
datang ke kediaman rumah Vhia. Beliau, Vhia, ayah dan bunda pun berkumpul di
ruang tamu.
“emh,
jadi siapa pelukis kaligrafi indah ini?”
“Siti
Alfiyah, pak.. putrid saya satu-satunya..” kata ayah sambil memperkenalkan
Vhia.
“dia????”
“iya,
pak..” jawab bunda.
“nggak
mungkin! Ini pasti penipuan! Mana mungkin orang yang tidak bisa melihat seperti
dia bisa membuat kaligrafi yang begitu indah!! Imposible!”
“tapi,
ini benar hasil karya saya, pak..” Vhia meyakinkan, “apa perlu saya menulis ulang
untuk anda?”
“nggak
perlu! Nggak akan mungkin saya mempublikasikan seorang pelukis kaligrafi buta
seperti anda!”
“maaf,
pak.. kalo anda tidak menerima dengan kenyataan bahwa anak saya yang
membuatnya, lebih baik anda pergi dari sini!” bunda mulai marah dan membukakan
pintu rumahnya.
“baik,
saya akan pergi!”
-=o0o=-
Beberapa
tahun setelah kejadian itu, Vhia menjadi sosok wanita yang berprinsip “akan ada hikmah dari segala cobaan, keep
spirit untuk menjalani hidup yang penuh derita”. Dan kaligrafinya kini pun
dilirik seorang kolektor dari Korea Selatan yang bernama Kim Joong Woon yang
berkata “amazing! Orang tunanetra seperti dia bisa membuat kaligrafi yang
begitu indah!”
Serta
ia pun membuka usaha “kaligrafi unik” di Seoul dan memiliki pelatihan melukis di
Jakarta.
“hai!!”
tegur Saskia membuyarkan lamunan Vhia.
“ah,
kamu ??” ia menebak-nebak suara itu, “Saskia, yah?”
“hehe,
iyaa.. udah sukses nihh yee….”
“alhamdulillahh,,
hhehe..”
“oh
iya, si Dimas ninggalin lu Cuma gara-gara lu cacat doang.. parah, yahh?”
“ahh,
dia udah masa lalu.. aku udah gak mau inget-inget dia lagi, Sas…”
“bagus..
bagus.. itu baru Vhia yang dewasa.. bukan Vhia yang manja kaya dulu, hehe..”
Dua
sahabat ini saling berpelukan.
-=o0o=-
Langganan:
Postingan (Atom)